Khutbah I
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِتَرْك الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ.
اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Bulan Ramadhan adalah bulan paling istimewa. Ia menjadi primadona di antara 11 bulan lainnya. Bulan yang Allah jadikan sepuluh hari pertamanya rahmat, sepuluh hari keduanya adalah maghfirah (pengampunan), dan sepuluh hari ketiganya itqun minan nâr (pembebasan dari api neraka). Allah juga menjanjikan pahala berlipat untuk setiap ibadah dari hari-hari biasanya. Di bulan suci ini pula Al-Qur’an diturunkan atau yang umat Islam kenal dengan peristiwa nuzûlul qur’ân.
Di luar itu semua, ada pula saat-saat yang begitu menarik umat Islam di bulan Ramadhan, yakni peristiwa Lailatul Qadar, sebuah malam yang menyandang predikat “lebih baik daripada seribu bulan”. Artinya, seluruh ritual keagamaan dan amal kebaikan dalam semalam setara dengan aktivitas ibadah selama seribulan bulan atau sekitar 83 tahun. Lailatul Qadar hadir tiap Ramadhan. Dan apabila dihitung, ibadah dalam masa Lailatul Qadar dua kali saja sudah melebihi masa batas usia manusia normal. Lantas, betapa banyaknya pahala yang didapat bila seorang ahli ibadah berumur panjang yang menjumpainya hampir setiap tahun.
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Malam Qadar. Dan tahukah kamu apakah Malam Qadar itu? Malam Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (QS Al-Qadr 97: 1-5)
Setidaknya ada tiga keutamaan yang terkandung dalam ayat ini. Pertama, orang yang beribadah pada malam itu bagaikan beribadah selama 1000 bulan atau 83 tahun empat bulan. Ini menjadi karunia spesial bagi umat Nabi Muhammad SAW yang berumur lebih pendek dibanding umat nabi-nabi terdahulu. Kedua, para malaikat pun turun ke bumi, mengucapakan salam kesejahteraan kepada orang-orang yang beriman. Dan ketiga, malam itu penuh keberkahan hingga terbit fajar.
Meski keutamaan Lailatul Qadar tergambar jelas dalam Al-Qur’an dan sejumlah riwayat, namun hingga kini para ulama masih belum ada kata sepakat tentang kapan persisnya mala istimewa itu jatuh, karena memang tak ada nash yang secara eksplisit merinci tentang hal ini. Sebuah pendapat mengatakan, Lailatul Qadar itu terjadi pada 17 Ramadhan. Ada pula yang mengatakan pada 21 Ramadhan. Ulama lain yakin tepat pada 27 Ramadhan.
Dengan berdasar bahwa Rasulullah kian giat beribadah saat sepuluh terakhir Ramadhan, banyak yang berpendapat malam itu jatuh pada sepuluh malam terakhir tersebut. Dan karena Allah dan Rasul-Nya menyukai bilangan ganji maka banyak yang berkeyakinan Lailatul Qadar adalah malam 21, 23, 25, 27, atau 29. Sementara kapan waktu pasti itu, masih menjadi rahasia. Hanya Allah yang tahu.
image : Asyraaf Azahari |
Hadirin jamaah shalat jumat hadâkumullâh,
Waktu beribadah tak memiliki batasan waktu. Ibadah dalam pengertian luas bisa dilakukan kapan saja, sepanjang masa. Dzikirullâh (mengingat Allah) diharuskan berlangsung setiap detak jantung dan embusan napas kita. Hanya saja, manusia dengan segenap kelemahannya seringkali melalaikan kewajiban itu. Dan rahmat dan kemurahan-Nya, Allah sampai “berkepentingan” untuk mengiming-imingi hambanya masuk surga dan memberi ancaman neraka agar manusia mengingat pencipta-Nya.
Kita melihat, sudah menjadi sebuah kelaziman bahwa Ramadhan yang berlimpah pahala menjadi bulan perubahan mendadak bagi kebanyakan orang. Suasana religius semakin terasa, tempat-tempat ibadah menjadi kian ramai, lantunan ayat-ayat suci lebih sering terdengar, dan tayaangan religi dan ceramah di televisi menunjukkan peningkatan frekuensi dan jumlahnya.
Kondisi ini patut kita syukuri. Di tengah zaman serbasibuk dan modern ini, sebagian orang masih mau meluangkan waktu untuk menjalin hubungan kian dekat dengan Rabb-Nya. Hanya saja, situasi “mendadak” dalam perubahan itu menjadi bahan introspeksi kita. Begitu Ramadhan tiba, masyarakat yang sebelumnya tenggelam dalam aktivitas duniawi berbondong-bondong berburu pahala. Hal ini menjadi cermin bahwa betapa untuk beribadah pun sebagian dari manusia masih menyertakan gairah rasa pamrihnya. Semangat karena inilah waktunya mengeruk ganjaran sebanyak-banyaknya: ibadah sunnah berpahala wajib, ibadah wajib berlipat-lipat ganda pahalanya. Apalagi Lailatul Qadar yang menjanjikan banjir pahala yang luar biasa.
Beribadah dengan tujuan mendapatkan pahala bukanlah tindakan dosa. Namun ketika Ramadhan tak memberi perbaikan apa-apa untuk bulan-bulan setelahnya, hal itu patut disayangkan. Karena dengan sikap itu, seseorang memosisikan Ramadhan selayak jeda “libur kerja”, rutinitas tahunan saat-saat manusia “menghibur diri”. Selepas itu, keadaan kembali seperti sebelumnya.
Kabar tentang keutamaan bulan Ramadhan, juga Lailatul Qadar di dalamnya, menjadi pemacu manusia yang cenderung berkarakter manja untuk kembali mendekat kepada Tuhannya. Mengapa waktu Lailatul Qadar dirahasiakan? Ini adalah pukulan telak buat manusia. Hamba yang peka akan segera tersindir. Di balik misteri itu terkandung pelajaran bahwa ibadah mestinya tidak dilakukan dalam satu malam saja. Rahasia itu sesungguhnya adalah semacam pancingan agar hamba lebih sering mendekatkan diri kepada Allah setiap hari di bulan Ramadhan, bahkan setiap hari, jam, menit, dan detik dalam kehidupan kita.
Semoga kita termasuk orang-orang yang berkempatan berjumpa Lailatul Qadar dengan aktivitas-aktivitas positif. Dan Ramadhan tahun ini membawa perbaikan ruhani yang mempengaruhi seluruh gerak-gerik kita untuk mencari ridha Allah subhânahu wataâlâ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
source article : NU Online
0 Response to "Khutbah Jumat - Lailatul Qadar Sebagai Sindirian bagi Kita"
Post a Comment